FUNGSI
AGAMA DAN MASYARAKAT
1.FUNGSI AGAMA
Fungsi agama dalam pengukuhan nilai-nilai, bersumber pada kerangka acuan yang bersifat sakral,
maka normanya pun
dikukuhkan dengan sanksi-sanksi sakral. Dalam
setiap masyarakat sanksi sakral mempunyai
kekuatan memaksa istimewa, karena ganjaran dan hukumannya bersifat duniawi dan supramanusiawi dan ukhrowi.
Fungsi agama di bidang sosial adalah fungsi penentu, di mana agama menciptakan suatu ikatan bersama, baik di antara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka.
Fungsi agama
sebagai sosialisasi individu ialah individu, pada saat dia tumbuh menjadi dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntunan umum
untuk
(mengarahkan) aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya. Orang
tua di mana pun tidak mengabaikan upaya "rnoralisasi" anak-anaknya, seperti pendidikan agama mengajarkan bahwa hidup adalah untuk
memperoleh keselamatan sebagai tujuan utamanya. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan tersebut hams beribadat dengan kontinyu dan teratur. membaca kitab suci dan berdoa setiap hari, menghormati dan mencintai orang tua, bekerja keras, hidup secara sederhana, menahan diri dari tingkah laku yang tidak jujur, tidak berbuat yang
tidak
senonoh
dan rnengacau, tidaklah berdansa, tidak minum-rninurnan keras, dan
tidak berjudi. Maka perkembangan sosialnya terarah
secara pasti serta konsisten dengan suara hatinya
diklasifikasikan berupa keyakinan, praktek, pengalaman, pengetahuan, dan konsekuensi:
a.Dimensi keyakinan mengandung perkiraan atau harapan bahwa orang yang religius akan menganut pandangan teologis tertentu, bahwa ia akan mengikuti kebenaran ajaran-ajaran agama.
b. Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan memuja dan berbakti, yaitu perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secara
nyata. Ini menyangkut, pertama, ritual, yaitu berkaitan dengan seperangkat upacara keagamaan, perbuatan religius formal, dan
perbuatan mulia. Kedua,
berbakti tidak bersifat formal dan tidak bersifat publik serta relatif spontan.
c. Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta,
bahwa
semua
agama mempunyai perkiraan tertentu, yaitu orang yang benar-benar religius pada suatu waktu
akan
mencapai pengetahuan yang
langsung dan subjektif
tentang realitas tertinggi, mampu berhubungan, meskipun
singkat, dengan suatu perantara yang supernatural.
d. Dimensi pengetahuan dikaitkan dengan perkiraan,
bahwa
orang-orang yang bersikap religius akan memiliki informasi tentang
ajaran-ajaran pokok keyakinan dan
upacara keagamaan, kitab suci,
dan
tradisi-tradisi
keagamaan mereka.
e. Dimensi konsekuensi dari
komitmen religius berbeda dengan
tingkah laku perseorangan dan pembentukan citra pribadinya.
2. PELEMBAGAAN AGAMA
Agama begitu universal, permanen (langgeng), dan mengatur dalam kehidupan, sehingga bila tidak
memahami agama,
akan
sukar
memahami masyarakat. Hal yang
perlu
dijawab
dalam
memahami lembaga agama adalah,
apa dan mengapa agama
ada, unsur-unsur dan bentuknya serta fungsi dan struktur agama.
Masyarakat
yang Terbelakang dan Nilai-nilai Sakral
Masyarakat-masyarakat
Praindustri yang Sedang
Berkembang
Dari contoh
sosial, lembaga keagamaan berkembang
sebagai
pola ibadah, pola ide-ide, ketentuan (keyakinan), dan tampil
sebagai
bentuk asosiasi atau
organisasi. Pelembagaan agama
puncaknya terjadi
pada tingkat intelektual, tingkat
pemujaan (ibadat), dan tingkat
organisasi.
Tampilnya organisasi agama adalah
akibat
adanya
"perubahan batin" atau kedalaman beragama, mengimbangi perkembangan masyarakat
dalam hal alokasi fungsi, fasilitas, produksi, pendidikan, dan sebagainya. Agama menuju ke pengkhususan fungsional. Pengaitan agama tersebut mengambil bentuk dalam
berbagai corak
organisasi keagamaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar