Halaman

Sabtu, 16 April 2016

AZAZ PENGETAHUAN LINGKUNGAN DAN SUMBER DAYA ALAM

AZAS-AZAS PENGETAHUAN LINGKUNGAN
Inti permasalahan lingkungan hidup pada hakekatnya adalah ekologi yakni hubungan makluk hidup, khususnya manusia dengan lingkunganya.  Komponen- komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton yang terapung di air sebagai komponen biotik, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.

ILMU LINGKUNGAN
Ilmu lingkungan adalah ekologi yang menerapkan berbagai azas dan konsepnya kepada masalah yang lebih luas,yang menyangkut pula hubungan manusia dengan lingkungannya. Ilmu Lingkungan adalah ekologi terapan. Ilmu lingkungan ini mengintegrasikan berbagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik anatara jasad hidup (termasuk manusia) dengan dengan lingkungannya.
Ilmu lingkungan (environmental science atau envirology) adalah ilmu yang mempelajari tentang lingkungan hidup. Ilmu Lingkungan adalah suatu studi yang sistematis mengenai lingkungan hidup dan kedudukan manusia yang pantas di dalamnya. Perbedaan utama ilmu lingkungan dan ekologi adalah dengan adanya misi untuk mencari pengetahuan yang arif, tepat (valid), baru, dan menyeluruh tentang alam sekitar, dan dampak perlakuan manusia terhadap alam. Misi tersebut adalah untuk menimbulkan kesadaran, penghargaan, tanggung jawab, dan keberpihakan terhadap manusia dan lingkungan hidup secara menyeluruh.
Ilmu lingkungan merupakan perpaduan konsep dan asas berbagai ilmu (terutama ekologi, ilmu lainnya: biologi, biokimia, hidrologi, oceanografi, meteorologi, ilmu tanah, geografi, demografi, ekonomi dan sebagainya), yang bertujuan untuk mempelajari dan memecahkan masalah yang menyangkut hubungan antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Ilmu lingkungan merupakan penjabaran atau terapan dari ekologi.
Ilmu Lingkungan merupakan salah satu ilmu yang mengintegrasikan berbagai ilmu yang mempelajari jasad hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya, antara lain dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan, pertanian, sehingga ilmu ini dapat dikatakan sebagai suatu poros, tempat berbagai asas dan konsep berbagai ilmu yang saling terkait satu sama lain untuk mengatasi masalah hubungan antara jasad hidup dengan lingkungannya.
Asas di dalam suatu ilmu pada dasarnya merupakan penyamarataan kesimpulan secara umum, yang kemudian digunakan sebagai landasan untuk menguraikan gejala (fenomena) dan situasi yang lebih spesifik. Asas dapat terjadi melalui suatu penggunaan dan  pengujian metodologi secara terus menerus dan matang, sehingga diakui kebenarannya oleh ilmuwan secara meluas. Tetapi ada pula asas yang hanya diakui oleh segolongan ilmuwan tertentu saja, karena asas ini hanya merupakan penyamarataan secara empiris saja dan hanya benar pada situasi dan kondisi yang lebih terbatas, sehingga terkadang asas ini menjadi bahan pertentangan. Namun demikian sebaliknya apabila suatu asas sudah diuji berkali-kali dan hasilnya terus dapat dipertahankan, maka asas ini dapat berubah statusnya menjadi hukum. Begitu pula apabila asas yang mentah dan masih berupa dugaan ilmiah seorang peneliti, biasa disebut hipotesis Hipotesis ini dapat menjadi asas apabila diuji secara terus menerus sehingga memperoleh kesimpulan adanya kebenaran yang dapat diterapkan secara umum. Untuk mendapatkan asas baru dengan cara pengujian hipotesis ini disebut cara induksi dan kebanyakan dipergunakan dalam bidang-bidang biologi, kimia dan fisika.  Disini  metode pengumpulan data melalui beberapa percobaaan yang relatif terbatas untuk membuat kesimpulan yang menyeluruh. Sebaliknya cara lain yaitu dengan cara deduksi dengan menggunakan kesimpulan umum untuk menerangkan kejadian yang spesifik. Asas baru juga dapat diperoleh dengan cara simulasi komputer dan penggunaan model matematika untuk mendapatkan semacam tiruan keadaan di alam  (mimik). Cara lain juga dapat diperoleh dengan metode perbandingan misalnya dengan membandingkan antara daerah yang satu dengan yang lainnya. Cara-cara untuk mendapatkan asas tersebut dapat dikombinasikan satu dengan yang lainnya.
Asas di dalam suatu ilmu yang sudah berkembang digunakan sebagai landasan yang kokoh dan kuat untuk mendapatkan hasil, teori dan model seperti pada ilmu lingkungan. Untuk menyajikan asas  dasar ini dilakukan dengan mengemukakan kerangka teorinya terlebih dahulu, kemudian setelah dipahami pola dan organisasi pemikirannya baru dikemukakan fakta-fakta yang mendukung dan didukung, sehingga asas-asas disini sebenarnya merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain (sesuai dengan urutan logikanya).


ASAS-ASAS ILMU LINGKUNGAN









 































Gambar.     Hubungan logis di antara 14 asas ilmu lingkungan (Watt,1973)



ASAS 1: (HUKUM THERMODINAMIKA I)

Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi atau ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tetapi tidak dapat hilang, dihancurkan atau diciptakan.
Asas ini adalah sebenarnya serupa dengan hokum Thermodinamika I, yang sangat fundamental  dalam fisika. Asas ini dikenal sebagai hukum konservasi energi dalam persamaan matematika.
Contoh:
Banyaknya kalori, energi yang  terbuang dalam bentuk makanan diubah oleh jasad hidup menjadi energi untuk tumbuh, berbiak, menjalankan proses metabolisme, dan yang terbuang sebagai panas.

 
































Pemisahan energi yang masuk jadi dua komponen.

Jumlah energi yang masuk dan keluar dari suatu pemisahan atau suatu proses, berupa materi.



ASAS 2
Tak ada system pengubahan energi yang betul- betul efisien.
Pengertian:
Asas ini tak lain adalah hokum Thermodinamika II, Ini berarti energi yang tak pernah hilang dari alam raya, tetapi energi tersebut akan terus diubah dalam bentuk yang kurang bermanfaat.
Asas ini  sama dengan hukum termodinamika kedua dalam ilmu fisika. Hal ini berarti meskipun energi itu tidak pernah hilang, namun demikian energi tersebut akan diubah dalam bentuk yang kurang bermanfaat. Secara keseluruhan energi di planet kita ini terdegradasi dalam bentuk panas tanpa balik, yang kemudian beradiasi ke angkasa.


ASAS 3
Materi, energi, ruang, waktu, dan keanekaragaman, termasuk kategori sumberdaya alam.
Pengertian:
Pengubahan energi oleh system biologi harus Berlangsung pada kecepatan yang sebanding dengan adanya materi dan energi di lingkungannya. Pengaruh ruang secara asas adalah beranalogi dengan materi dan energi sebagai sumber alam.


ASAS 4:
Untuk semua kategori sumber daya alam, kalau pengadaannya sudah mencapai optimum, pengaruh unit  kenaikannya sering menurun dengan penambahan sumberalam itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini tak akan ada pengaruh yang menguntungkan lagi.
Untuk semua kategori sumberalam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan pengadaannya yang melampui batas maksimum,  bahkan akan berpengaruh merusak karena kesan peracunan. Ini adalah asas penjenuhan.
Untuk banyak gejala sering berlaku kemungkinan penghancuran yang  disebabkan oleh pengadaan sumberalam yang  sudah mendekati batas maksimum.
Asas 4 tersebut terkandung arti bahwa pengadaan sumberalam mempunyai batas optimum, yang berarti pula batas maksimum, maupun batas minimum pengadaan sumberalam akan mengurangi daya kegiatan sistem biologi.

ASAS 5:
Pada asas 5 ini ada dua hal  penting, pertama jenis sumber alam yang tidak dapat menimbulkan rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut, sedangkan kedua sumber alam yang dapat menimbulkan rangsangan untuk dapat digunakan lebih lanjut. 
Contoh:
Suatu jenis hewan sedang mencari berbagai sumber makanan. Kemudian didapatkan suatu jenis tanaman yang melimpah di alam, maka hewan tersebut akan memusatkan perhatiannya kepada penggunaan jenis makanan tersebut. Dengan demikian, kenaikan sumberalam (makanan) merangsang kenaikan pendayagunaan.






ASAS 6:
Individu dan spesies yang  mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya, cenderung berhasil mengalahkan saingannya.
Pengertian:
Asas ini adalah pernyataan teori Darwin dan Wallace.  Pada jasad hidup terdapat perbedaan sifat keturunan Dalam hal tingkat adaptasi terhadap faktor lingkungan fisik atau biologi. Kemudian timbul kenaikan kepadatan populasinya sehingga timbul persaingan. Jasad hidup yang kurang mampu beradaptasi akan kalah dalam persaingan. Dapat diartikan pula bahwa jasad hidup yang adaptif akan mampu menghasilkan banyak keturunan daripada yang non-adaptif.

ASAS 7 :
Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebihtinggi di alam yang “mudah diramal”.
Pengertian :
Mudah diramal” : : adanya keteraturan yang pasti pada pola faktor lingkungan pada suatu periode yang relatif  . lama. Terdapat fluktuasi turun-naiknya kondisi lingkungan di semua habitat, tetapi mudah dan sukarnya  untuk diramal berbeda dari satu habitat ke habitat lain.
Dengan mengetahui keadaan optimum pada faktor  lingkungan bagi kehidupan suatu spesies, maka perlu  diketahui berapa lama keadaan tersebut dapat bertahan.
Pada asas ini arti kata “mudah diramal” ialah adanya keteraturan yang pasti pada pola faktor lingkungan dalam suatu periode yang relatif lama. Adanya fluktuasi turun-naiknya kondisi lingkungan, besar-kecilnya fluktuasi, dan dan sukar-mudahnya untuk diramal berbeda untuk semua habitat. Sehingga diharapkan pada setiap lingkungan adanya penyebaran spesies yang berbeda-beda kepadatannya. Apabila terjadi perubahan lingkungan sedemikian rupa, maka akan terjadi perubahan pengurangan individu yang sedemikian rupa sampai pada batas yang membahayakan individu-individu spesies tersebut. Lingkungan yang stabil secara fisik merupakan lingkungan yang mempunyai jumlah spesies yang banyak, dan mereka dapat melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya tersebut (secara evolusi). Sedangkan lingkungan yang tidak stabil adalah lingkungan yang dihuni oleh spesies yang jumlahnya relatif sedikit. Menurut Sanders (1969) bahwa komunitas fauna dasar laut mempunyai keanekaragaman spesies terbesar, hal ini dijumpai pada habitat yang sudah stabil sepanjang masa dan lama. Kemudian diinterpretasikan oleh Slobodkin dan Sanders (!969) sebagai pengaruh lingkungan yang mudah diramal (stabil). Maksudnya ialah semakin lama keadaan lingkungan dalam kondisi yang stabil, maka semakin banyak keanekaragaman spesies yang muncul disitu sebagai akibat berlangsungnya proses evolusi. Menurut Pilelou (1969) keadaan iklim yang stabil sepanjang waktu yang lama, tidak saja melahirkan keanekaragaman spesies yang tinggi, tetap juga akan menimbulkan keanekaragaman pola penyebaran kesatuan populasi


ASAS 8 :
Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson, bergantung kepada bagaimana niche dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.
Pengertian:
Kelompok taksonomi tertentu dari suatu jasad hidup ditandai oleh keadaan lingkungannya yang khas (niche), tiap spesies mempunyai niche tertentu. Spesies dapat hidup berdampingan dengan spesies lain tanpa persaiangan, karena masing-masing mempunyai keperluan dan fungsi yang berbeda di alam.

ASAS 9 :
Keanekaragaman komunitas sebanding dengan biomassa dibagi produktivitas.
T = K x (B/P) ;  D ≈ T
T = waktu rata-rata penggunaan energi
K = koefisien tetapan
B = biomassa
P = produktivitas
D = keanekaragaman
Pengertian:
Asas ini mengandung arti, bahwa efisiensi penggunaan aliran energidalam sistem biologi akan meningkat dengan meningkatnya kompleksitas organisasi sistem biologi dalam suatu komunitas.
Pada asas ini menurut Morowitz (1968) bahwa adanya hubungan antara biomassa, aliran energi dan keanekaragaman dalam suatu sistem biologi.


ASAS 10 :
Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomasa dengan produktivitas (B/P) dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimtot.
Pengertian:
Sistem biologi menjalani evolusi yang Mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil, dan memungkinkan berkembangnya keaneka-ragaman.

ASAS 11 :
Sistem yang sudah mantap (dewasa) akan mengekploitasi yang belum mantap (belum dewasa).
Pengertian:
Ekosistem, populasi atau tingkat makanan yang sudah dewasa memindahkan energi,  biomasa, dan keanekaragaman dari tingkat organisasi yang belum dewasa.
Dengan kata lain, energi, materi, dan keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih kompleks. (Dari subsistem yang rendah keanekara-gamannya subsistem yang tinggi keanekaragamannya).
Arti dari asas ini adalah  pada ekosistem, populasi  yang sudah dewasa memindahkan energi, biomassa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang belum dewasa. Dengan kata lain, energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih kompleks, atau dari subsistem yang lebih rendah keanekaragamannya ke subsistem yang lebih tinggi keanekaragamannya


ASAS 12 :
Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung pada kepentingan relatifnya dalam keadaan suatu lingkungan.
Pengertian:
Populasi dalam ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi dalam ekosistem yang sudah mantap.
Populasi dalam lingkungan dengan kemantapan fisiko kimia yang cukup lama, tak perlu berevolusi untuk meningkatkan kemampuannya beradaptasi dengan keadaan yang tidak stabil.


ASAS 13 :
Lingkungan yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat menggalakkan kemantapan populasi lebih jauh lagi.
Asas ini merupakan penjabaran dari asas 7, 9 dan 12. Pada komunitas yang mantap, jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat, sehingga apabila terjadi suatu goncangan pada salah satu jalur, maka jalur yang lain akan mengambil alih, dengan demikian komunitas masih tetap terjaga kemantapannya. Apabila kemantapan lingkungan fisik merupakan suatu syarat bagi keanekaragaman biologi, maka kemantapan faktor fisik itu akan mendukung kemantapan populasi dalam ekosistem yang mantap dan komunitas yang mantap mempunyai umpan-balik yang sangat kompleks. Disini ada hubungan antara kemantapan ekosistem dengan efisiensi penggunaan energi.                 


ASAS 14 :
Derajat pola keteraturan naik-turunnya populasi tergantung pada jumlah keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang  nanti akan mempengaruhi populasi itu.
Asas ini merupakan kebalikan dari asas ke 13, tidak adanya keanekaragaman yang tinggi pada rantai makanan dalam ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat ketidakstabilan populasi yang tinggi.
Ciri-Ciri Lingkungan/ Komunitas yang Mantap:
•     Jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat (banyak)
•     Lingkungan fisik mantap (mudah“diramal”)
•     Sistem control umpan balik (feedback) komunitas sangat kompleks
•     Efisiensi penggunaan energi
•     Tingkat keanekaragaman tinggi



Sumber Daya Alam

1. Pandangan Terhadap Sumberdaya Alam
 Dalam  memahami sumberdaya amam, ada dua pandangan yang umumnya
digunakan sebagai berikut : 
1) Pandangan konservatif atau sering disebut juga pandangan psimis atau perspektif  Malthusian. Pandangan ini, resiko akan terkurasnya sumberdaya alam menjadi perhatian utama. Dengan demikian, pandangan ini sumberdaya alam harus dimanfaatkan secara hati-hati karena adanya faktor ketidakpastian terhadap apa yang akan terjadi terhadap sumberdaya alam untuk generasi mendatang. Pandangan ini berakar dari pemikiran Malthus yang dikemukakan sejak tahun 1987 ketika ”Principle of Population” dipublikasikan. Dalam perspektif Malthus, sumberdaya alam yang terbatas tidak akan mampu mendukung pertumbuhan penduduk yang cenderung tumbuh secara eksponensial. Produksi dari sumberdaya alam akan mengalami apa yang disebut sebagai diminishing return dimana output perkapita akan mengalami kecenderungan yang menurun sepanjang waktu. Lebih jauh lagi, perspektif Malthus melihat bahwa ketika proses diminishing return  ini terjadi, standar hidup juga mempengaruhi reproduksi manusia. Kombinasi kedua kekuatan ini dalam jangka panjang akan menyebabkan ekonomi berada dalam kondisi keseimbangan atau steady  state.
2) Pandangan eksploitatif atau sering juga disebut sebagai perspektif Ricardian. Dalam pandangan ini dikemukakan antara lain: Sumberdaya alam dianggap sebagai ”mesin pertumbuhan” (engine of growth) yang mentransformasikan sumberdaya ke dalam “manmade capital) yang pada gilirannya akan menghasilkan produktifitas yang lebih tinggi dimasa mendatang. Keterbatasan suplai dari sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dapat disubstitusikan dengan cara intensifikasi (eksploitasi sumberdaya secara intensif)
atau dengan cara ekstensifikasi (memanfaatkan sumberdaya yang belum dieksploitasi). Jika sumberdaya menjadi langka, hal ini akan tercermin dalam dua indikator ekonomi, yakni meningkatnya baik harga output maupun biaya ekstraksi persatuan output. Meningkatnya harga output akibat meningkatnya biaya per satuan output akan menurunkan permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam. Disisi lain, peningkatan harga output menimbulkan insentif kepada produsen sumberdaya alam untuk berusaha meningkatkan suplai. Naumn karena ketersediaan sumberdaya yang terbatas, kombinasi dampak harga dan biaya akan menimbulkan insentif untuk mencari sumberdaya substitusi dan peningkatan daur ulang. Selain itu, kelangkaan juga akan memberikan insentif untuk mengembangkan inovasi-inovasi seperti pencarian deposit baru, peningkatan efisiensi produksi, peningkatan teknologi daur ulang sehingga dapat menurangi tekanan terhadap pengurasan sumberdaya alam. Kedua pandangan di atas secara diagramatis dapat dilihat pada tampilan 2.1.
dibawah ini.    
2. Klasifikasi Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam mencakup pengertian yang sangat luas, merupakan unsur  pembentuk lingkungan yang sangat kompleks, dinamis, satu sama lain saling berinteraksi.  Sumberdaya alam Peningkatan Harga SDA, Eksploitasi/pemanfaatan, Pemanfatan Lestari, Pengurangan Tingkat, Pengurasan SDA, Kelangkaan Peningkatan Biaya Ekstrasi, Ekstraksi > daya dukung, Pencarian SDA Pengganti Penurunan permintaan, Peningkatan Penawaran, Inovasi Pencarian SDA Baru Peningakatan Efisiensi, Perbaikan Teknologi Daur Ulang 40 Owen (1980) mendefinisikan sumberdaya alam sebagai bagian dari lingkungan alam (tanah, air, padang pengembalaan, hutan, kehidupan liar, mineral atau populasi manusia) yang dapat digunakan manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pada dasarnya sumberdaya alam itu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama, yaitu kelompok sumberdaya alam yang tak dapat diperbaharui (exhaustible resources = stoc resources = fund resources) dan kelompok sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources = flow resources). Sumberdaya alam perlu diklasifikasikan atau digolongkan, karena dengan penggolongan itu akan mempermudah pemahaman kita mengenai sifat-sifat sumberdaya tersebut. Selanjutnya penggolongan tersebut akan mempermudah kita dalam merencanakan bagaimana memanfaatkannya dan bagaimana mengelolanya agar volume sumberdaya alam tersebut tidak lekas habis dan tetap lestari namun memberikan manfaat sosial yang optimal. Sumberdaya alam dapat disefenisikan juga sebagai sumberdaya atau faktor produksi yang disediakan oleh alam, dan bukan merupakan buatan manusia.
a. Klasifikasi sumberdaya alam menurut Owen
Berdasarkan  sifatnya Owen (1980) mengelompokkan sumberdaya alam yang Inexhaustible dan Exhaustible. Sumberdaya alam Inexhaustible adalah sumberdaya alam yang tidak akan habis. Akan tetapi tidak berarti ketersediaannya tidak terbatas, bahkan apabila salah kelola maka sumberdaya alam tersebut dapat mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi secara optimal. Misalnya, jika terjadi kerusakan lahan di daerah aliran sungai (DAS) menyebabkan air tidak dapat meresap kedalam tanah, maka air akan lebih banyak mengalir sebagai aliran permukaan yang akan menimbulkan erosi, sedimentasi, banjir pada musim hujan, dan kurangnya air pada musim kemarau dan banyak lagi dampak terusannya.
Sumberdaya alam Exhaustible merupakan sumberdaya yang dapat habis, sekali kita gunakan habis maka sumberdaya tersebut tidak akan ada lagi (setidaknya diperlukan ratusan bahkan ribuan tahun untuk pembentukannya, misalnya pembentukan tanah  41 memerlukan waktu 500.000 tahun) (Alikodra 2000). Suatu sumberdaya alam Exhaustible dikelompokkan menjadi sumberdaya alam maintainable dan non maintainable. 

b. Klasifikasi sumberdaya alam menurut Barlow
Barlow (1972) membagi sumberdaya alam menjadi tiga kelompok yaitu :
1). Sumberdaya alam yang tak dapat pulih
Sumberdaya alam yang tak dapat pulih atau tak dapat diperbaharui mempunyai  sifat bahwa volume fisik yang tersedia tetap dan tidak dapat diperbaharui atau diolah kembali. Untuk terjadinya sumberdaya jenis ini diperlukan waktu ribuan tahun. Metal, batu bara, minyak bumi, batu-batuan termasuk dalam kategori ini. Batu bara, minyak tanah, dan gas alam dapat dicarikan penggantinya tetapi dalam jangka waktu yang lama, sehingga kita tidak dapat mengharapkan adanya tambahan volume secara fisik dalam jangka waktu tertentu. Sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaiki ini dapat digolongkan lagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Sumberdaya seperti batu bara dan mineral yang sifatnya dapat dipakai habis atau berubah secara kimiawi melalui penggunaan.
2. Sumberdaya seperti logam dan batu-batuan yang mempunyai umur penggunaan yang lama dan seringkali dapat dipakai ulang. 

2) Sumberdaya alam yang pulih 
Sumberdaya alam yang pulih atau yang dapat diperbaharui ini mempunyai sifat  terus-menerus ada, dan dapat diperbaharui baik oleh alam sendiri maupun dengan bantuan manusia. Yang termasuk dalam kelompok sumberdaya jenis ini adalah sumberdaya air (baik yang mengalir di sungai, maupun yang tidak mengalir seprti danau dan di laut), aingin, cuaca, gelombang laut, sinar matahari dan bulan. Aliran sumberdaya alam jenis ini entah dipakai atau tidak, terus-menerus ada dan dapat diperkirakan. Walaupun demikian, kita harus dapat menggunakannya sebaik mungkin, sebab kesalahan dalam memanfaatkan 42 sumberdaya yang dapat diperbaharui ini dapat mengakibatkan kerugian yang sifatnya kontinyu pula. Sebagai contoh bila terjadi pencemaran lingkungan baik terhadap air maupun  udara, hal ini akan mengakibatkan hilangnya manfaat yang seharusnya dapat kita peroleh.
Kalau air itu tidak tercemar, maka dapat digunakan sebagai air minum. Kadang-kadang sumberdaya yang dapat pulih ini dapat pula disimpan untuk digunakan pada waktu yang akan datang. Jika sumberdaya alam yang dapat pulih ini disimpan, maka akan mempunyai sifat sifat seperti sumberdaya alam yang tak pulih. Sebagai misal adalah energi matahari yang disimpan sebagai energi dalam tanaman maupun zat-zat kimia tertentu.

3). Sumberdaya Alam yang Mempunyai Sifat Gabungan
Sumberdaya alam yang ada dalam kelompok ini masih dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1. Sumberdaya biologis
ang termasuk sumberdaya biologis adalah hasil panen, hutan, margasatwa, padang rumput, perikanan dan peternakan. Sumberdaya alam jenis ini mempunyai ciri
seperti sumberdaya alam yang dapat diperbaharui karena dapat diperbaiki setiap  saat, asal ada perawatan untuk melindunginya dan pemakaiannya sesuai dengan persediaan mereka dan kebutuhan. Dalam waktu-waktu tertentu sumberdaya alam ini dapat digolongkan ke dalam sumberdaya alam yang tak dapat diperbaharui, yaitu pada saat mereka menjadi sangat berkurang pertumbuhannya sebagai akibat dari pemakaian yang boros dan kurang bertanggung jawab.
2. Sumberdaya tanah
Sumberdaya tanah ini menggambarkan gabungan antara sifat sumberdaya alam  yang dapat diperbaharui, yang tak dapat diperbaharui maupun sumberdaya  biologis. Sebagai contoh adalah kesuburan tanah. Kesuburan tanah dapat terjadi  karena perbuatan akar tanaman, dan adanya organisme-organisme yang  mengeluarkan bermacam-macam nutrisi tanah untuk diserap untuk tanaman.  Keadaan ini merupakan sifat dari sumberdaya alam yang tak dapat diperbaharui,  walaupun manusia dapat menggunakan kesuburan tanah tersebut sampai ratusan 43 tahun. Tetapi dapat juga sumberdaya tanah itu mempunyai sifat seperti  sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, yaitu bila petani menggunakan pupuk, tanaman-tanaman penolong dan tanaman-tanaman untuk pupuk hijau lainnya.
Sedangkan sifat yang menyerupai sumberdaya biologis adalah bila sumberdaya  tanah ini ditingkatkan, atau dipertahankan atau dipakai sehingga bertambah atau  berkurang kesuburannya sebagai akibat dari tingkah laku manusia.

c. Pengelompokan lain sumberdaya alam
 Sumberdaya alam dapat dikelompokkan lagi atas dasar pengelolaannya, yaitu
sumberdaya yang dikelola oleh pemerintah atau dikelola oleh swasta, atau seharusnya dikelola oleh swasta tetapi pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah. Sumberdaya alam seperti batu bara, minyak, dan biji besi dapat diperlakukan sebagai barang pribadi (private goods), sedangkan udara dan air sebagai barang publik (public goods). Pengelolaan lain sumberdaya alam dapat dilihat dari sudut penguasaan terhadap sumberdaya (property right) yaitu dibedakan menjadi sumberdaya milik individu (private property resources) dan sumberdaya milik umum (common property resources). Sumberdaya alam milik individu jelas penguasaannya dibawah seseorang atau badan, sedangkan sumberdaya alam milik umum penguasaannya menjadi jelas apabila sumberdaya tersebut sudah ditangkap atau dikuasai oleh seseorang atau suatu badan. Common  property is no one property and no one property is every one  property (sumberdaya milik umum adalah sumberdaya bukan milik siapapun dan berarti pula sumberdaya milik setiap orang). Oleh karena itu sumberdaya milik umum memiliki kecenderungan untuk segera habis atau punah karena adanya tragedi dari kepemilikan secara bersma (tragedy of the common). 

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Bank Dunia membedakan sumberdaya alam ke  dalam tiga golongan yaitu :
1). Sumberdaya alam yang dapat diperdagangkan seperti mineral, minyak, hutan dan sebagainya.
2). Sumberdaya alam yang tak dapat diperdagangkan seperti udara, lingkungan alami dan sebagainya.
3) keahlian manusia Karakteristik penting lain dari sumberdaya alam adalah penyebarannya tidak merata di permukaan atau di dalam perut bumi. Dibeberapa tempat terdapat poensi sumberdaya yang beranekaragam dengan jumlah yang banyak. Sementara di daerah lain jenis dan jumlahnya sedikit. Perbedaan mendasar antara sumberdaya yang dapat diperbaharui dan sumberdaya alam yang tak dapat diperbaharui hanya bergantung pada derajat keberadaannya. Dalam penggunaannya kedua sumberdaya alam tersebut dapat saling melengkapi (komplementer), saling menggantikan (substitusi) dan dapat bersifat netral. 
3. Implikasi Dari Penggolongan Sumberdaya Alam
Sesungguhnya perbedaan antara sumberdaya alam yang tak dapat diperbaharui dan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui hanya tergantung pada derajat keberadaannya. Sumberdaya alam yang tak dapat diperbaharui karena adanya penemuan-penemuan baru hasil eksplorasi, akan bertambah volume persediannya, dan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui akan dapat punah bila dimanfaatkan dengan tidak mempertimbangkan unsur kelestariannya.
Dalam hal sumberdaya alam yang tak dapat diperbaharui, jumlahnya secara fisik
tidak dapat meningkat secara berarti dengan berkembangnya waktu dilihat dari sudut pandang ekonomi. Memang persediaan beberapa sumberdaya alam itu selalu meningkat dari waktu ke waktu, namun tingkat pertumbuhan dan penemuannya sangat lamban sehingga kurang berarti secara ekonomis. Dari sudut pandang geologis, pembentukan batu bara dan minyak masih terus berlangsung. Dengan persediaan yang terbatas maka penggunaan sumberdaya alam itu akan semakin menurun dan ini sangat ditentukan oleh kondisi harga dan biaya yang berkaitan dengan ambilan dan penjualan barang sumberdaya tersebut.

C. Alternatif Mengatasi Kelangkaan Sumberdaya Alam
Kemampuan dalam mengatasi kelangkaan sumberdaya ini merupakan salah satu  upaya penting dan strategis menuju ke pembangunan berkelanjutan. Kelangkaan sumberdaya sesungguhnya bisa diatasi jika diupayakan dengan sungguh-sungguh. Menurut Addinul (1997) paling tidak ada empat cara utama yang bisa diupayakan untuk mengatasi kelangkaan sumberdaya yaitu ;
a. Eksplorasi dan Penemuan 
Cara ekslorasi ini dilakukan untuk memperoleh sumberdaya baru yang belum  diketahui dan digali sebelumnya. Penemuan baru tentang sumberdaya baru memungkinkan  ketersediaan sumberdaya relatif tersebut meningkat. Namun demikian, pada dasarnya terjadi pula proses berkurangnya stok yang tersedia di alam. Metode untuk mengatasi kelangkaan sumberdaya seperti ini tidaklah merupakan cara yang terbaik, karena hal ini hanyalah untuk mengatasi kelangkaan sumberdaya jangka pendek. Dengan kata lain dengan habisnya sumber-sumber penemuan itu maka berakhir pulalah sumberdaya yang tersedia, terutama bagi sumber-sumber daya yang tidak bisa diperbaharui.

b. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi memungkinkan untuk bisa mengurangi biaya ekstraksi  sumberdaya dengan menemukan cara-cara baru yang lebih efisien dalam mengekstrak, mengelola, memproses, dan menggunakan sumberdaya. Dengan sendirinya tingkat dan jenis teknologi yang dikembangkan harus disesuaikan dengan tingkat kelangkaan sumberdaya dengan kemungkinan menekan biaya eksplorasinya. Meningkatnya biaya penemuan dan ekstraksi sumberdaya menimbulkan kesempatan-kesempatan dan peluang keuntungan baru bagi pengembangan teknologi baru. Peluang terbesar adalah bagi teknologi-teknologi yang bisa menekan biaya penemuan dan ekstraksi sumberdaya langka serta yang bisa mendayagunakan sumberdaya yang melimpah.
c. Penggunaan sumberdaya substitusi
Cara penting untuk mengatasi kelangkaan sumberdaya yaitu dengan cara substitusi. Dalam hal ini, sumberdaya yang berlimpah dimanfaatkan untuk subsitusi sumberdaya yang langka. Semakin mudah proses substitusi sumberdaya yang bisa diperbaharui atau sumberdaya yang tidak bisa diperbaharui yang melimpah, maka semakin kecil dampaknya terhadap proses terjadinya kelangkaan atau berkurangnya ketersediaan sumberdaya serta kenaikan biaya.
d. Pemanfaatan kembali dan daur ulang
 Penerapan dua metode ini sedikitnya dapat mengatasi tingkat ekstaksi sumberdaya dan bisa merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi masalah kelangkaan sumberdaya dalam jangka panjang. Dua alternatif ini telah berkembang sebagai suatu cara tidak hanya untuk mengurangi tingkat sumberdaya dan konsumsi energi sekarang ini, tetapi juga mengurangi tingkat limbah atau residu yang kembali ke alam yang selanjutnya menjadi masalah lingkungan tersendiri. Pemanfaatan kembali adalah penggunaan kembali barang-barang yang tidak dipakai lagi oleh produsen atau konsumnen tertentu, tetapi karena masih layak dan berfungsi maka masih bisa dipergunakan lagi oleh produsen atau konsumen lainnya. Sedangkan daur ulang dapat didefinisikansebagai perubahan dan proses kembali dari bahan limbah atau residu dari sektor produksi dan konsumsi dari suatu sistem ekonomi ke dalam barang-barang sekunder.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar